Minggu, 20 Oktober 2013

Asuhan Keperawatan Diabetes Millitus

Klasifikasi Diabetes Melitus Klasifikasi menurut ADA (American Diabetes Association) yang dikutip oleh Price & Wilson (2006) dan yang telah disahkan oleh WHO, yaitu : a) Diabetes Melitus 1. Tipe 1 (juvenile onset dan tipe denpenden insulin) 5-10% kejadian. 1)Akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta. 2)Idiopatik, tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika, Asia. Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasanya muda < 30 tahun. Biasanya bertubuh kurus pada saat didiagnosis dengan penurunan BB yang baru saja terjadi. Cenderung mengalami komplikasi akut hiperglikemi: ketoasidosis diabetik (Brunner & Suddarth, 2002). 2.Tipe 2 (onset maturity dan nondependen insulin) : 90-95% kejadian. Obesitas, herediter dan lingkungan sering dikaitkan dengan penyakit ini. Awitan terjadi di segala usia biasanya > 30 tahun. Cenderung meningkat pada usia > 65 tahun. Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa darah melalui penurunan berat badan. Agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah bila modifikasi diet dan latihan tidak berhasil. Memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau panjang untuk mencegah hiperglikemi. Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam keadaan stress atau menderita infeksi. Komplikasi akut: sindrom hiperosmolar nonketotik (Brunner & Suddarth, 2002). 3.Diabetes Gestasional (GDM) Dikenali pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor resiko yaitu usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga dan riwayat gestasional dahulu. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa maka kehamilan adalah suatu keadaaan diabetogenik. Tipe khusus lain · Cacat genetik fungsi sel beta: MODY · Memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien sering kali obesitas dan resisten terhadap insulin. · Kelainan genetik pada kerja insulin, menyebabkan sindrom resistensi insulin yang berat dan akantosis negrikans. · Penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis kronik. · Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali. · Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta. · Infeksi. Text Box: DM TIPE IIKonsep Asuhan Keperawatan a) Pengkajian 1) Identitas Nama, usia (DM Tipe 1 Usia < 30 tahun. DM Tipe 2 Usia > 30 tahun, cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), kelompok etnik di Amerika Serikat golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar, jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal MRS, diagnosa masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya dengan aktivitas fisik yang sedikit. 2) Keluhan utama (1) Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala. (2) Kondisi hipoglikemi Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran. 3) Riwayat penyakit sekarang Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. 4) Riwayat kesehatan dahulu DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen. 5) Riwayat kesehatan keluarga Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik. b) Pemeriksaan Fisik 1) Aktivitas dan Istirahat Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau beijalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi, disorientasi, koma. 2) Sirkulasi Gejala: adanya riwayat penyakit hipertensi, inpark miokard akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda: takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung. 3) Integritas ego Gejala: stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda: ansietas, peka rangsang. 4) Eliminasi Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare. 5) Makanan dan cairan Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton. 6) Neurosensori Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan penglihatan. Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon menurun, kejang. 7) Pernapasan Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat. 8) Seksualitas Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita. 9) Penyuluhan Gejala: fakor resiko keluarga DM, PJK, HT, stroke, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat steroid, diuretik, dilantin, fenobarbitol. Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik. c. Diagnosa Keperawatan 1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan adanya keseimbangan volume cairan dan tidak teijadi syok hipovlemik. Kriteria hasil: TTV stabil (N.80-88 x/menit, TD: 100-140/80-90 mmHg, S: 36,5- 37°C, RR: 16-22 x/menit), nadi perifer teraba, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, haluaran urine >1500-1700 cc/hari, kadar elektrolit urin dalam batas normal. 2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan insulin. Tujuan: setelahh diberikan tindakan 5x24 jam diharpakan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil: peningkatan masa otot, nilai Hb normal, dapat menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan. 3) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan mikrovaskular. Tujuan: setelah diberikan tindakan selama 5x24 jam diharapkan tidak terjadi perubahan persepsi sensori penglihatan. Kriteria hasil: pasien tidak mengeluh penglihatannya kabur atau diplopia, visus 6/6, nilai laboratorium terkait eksitasi persarafan dalam batas: natrium: 135-147 meq/l, kalsium: 9-11 mg/dl, kalium: 3,5-5,5 meq/l, klorida: 100-106 meq/l. 4) Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot. Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan adanya peningkatan kemampuan dalam beraktivitas. Kriteria hasil: pasien mengungkapkan badannya tidak letih atau berkurang, skala kekuatan otot 5, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas. 5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi. Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 5x24 jam diharapkan integritas kulit membaik dan tidak teijadi perluasan kerusakan. Kriteria hasil: teijadi perbaikan status metabolik yang dibuktikan oleh gula darah dalam batas normal, bebas dari drainase purulen, menunjukkan tanda-tanda penyembuhan dengan tepi luka bersih, tidak terdapat pembengkakan pada luka. 6) Perubahan pola nafas berhubungan dengan asidosis metabolik. Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 5x24 jam diharapkan peningkatan keefektifan pola nafas. Kriteria hasil: RR: 18-24 x/menit, pernafasan reguler, tidak berbau keton. 7) Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang mengingat intervestasi informasi. Tujuan: setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan informasi mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Kriteria hasil: mengungkapkan pemahaman tentang penyakit misalnya dapat menyebutkan penyakit, dapat mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala dengan proses penyakit. d. Intervensi Keperawatan 1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (1) Pantau TTV, catat adanya perubahan TD. R/ penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat dimanifestasikan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah. (2) Kaji suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler dan membran mukosa. RJ dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan dan kering di kulit sebagai indikasi penurunan volume pada sel. (3) Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan. R1 memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh (60-70% BB adalah air). (4) Berikan cairan 1500-2500 ml dalam batas yang dapat ditoleransi jantung. R/ mempertahankan komposisi cairan tubuh, volume sirkulasi dan menghindari overload j antung. (5) Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya cairan dari buah yang manis. R/ menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan tekanan osmosis. 2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masa otot. (1) Timbang berat badan. R/ mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan menentukan jumlah kalori yang harus dikonsumsi penderita DM. (2) Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kadar gula. R/ menyesuaikan antara kebutuhan kalori dan kemampuan sel untuk • mengambil glukosa. (3) Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan Jumlah nutrisi. R/ meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol masukan nutrisi. (4) Kolaborasi pengobatan insulin secara teratur dan intermiten. R/ insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan ke dalam sel. (5) Kolaborasi dengan ahli diet. Kebutuhan diet penderita harus disesuaikan dengan jumlah kalori karena kalau tidak terkontrol akan beresiko hiperglikemia. 3) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan perubahan kimia endogen. (1) Pantau TTV dan status mental. R/ sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental. (2) Kaji status persepsi penglihatan seperti menggunakan test visus dengan snellen card (apabila memungkinkan). R/ untuk mengkaji status persepsi pasien. (3) Pantau pemasukan elektrolit melalui makanan maupun minuman seperti buah pisang dan makanan yang mengandung garam. R/ meningkatkan eksitasi persarafan dan mencegah kelebihan elektrolit seperti natrium berdampak pada peningkatan ikatan cairan. 4) Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot. (1) Buat perencanaan dengan pasien dan indikasi aktivitas yang menimbulkan keletihan. R/ aktivitas akan lebih terarah dan menghidari keletihan yang berlebihan. (2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup. R/ memberi kesempatan untuk mencukupkan produksi energi untuk aktivitas. (3) Pantau nadi, pernafasan, TD, sebelum melakukan aktivitas. R/ Mengindikasikan tingkat pemenuhan energi dengan tingkat aktivitas. (4) Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap hari. R/ membantu menciptakan gambaran nyata dari produksi energi metabolik dan unsur glukosa. 5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi. (1) Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk. R/ mengidentifikasi patogen penyebab disintegrasi kulit dan terapi pilihan. (2) Kaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan. R/ mengidentifikasi tingkat sirkulasi pada luka. (3) Balut luka dengan kasa steril R/ meminimalkan kontaminasi mikroorganisme. (4) Kolaborasi pemberian antibiotik. R/ pengobatan infeksi dan pencegahan komplikasi. 6) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik. (1) Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk memudahkan bernafas. R/ mengurangi penekanan saat pengembangan paru oleh diafragma. (2) Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan. R/ peningkatan kedalaman pernafasan sebagai salah satu indikasi peningkatan benda keton dalam tubuh. (3) Anjurkan pasien banyak istirahat, hindarkan dari rangsangan psikologis yang berlebihan. R/ mengurangi tingkat penggunaan energi yang tidak banyak diperoleh dari glukosa melainkan dari benda keton. 7) Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang mengingat intervestasi informasi. (1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit, prognosa, dan pengobatannya R/ untuk memberikan informasi yang tepat pada pasien dan menghindari kejemuan informasi. (2) Lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai rencana pada satuan acara pembelajaran (SAP). R/ memberikan informasi yang akurat dan bermakna bagi pasien dan bagi perawat dapat mengetahui perkembangan pengetahuan pasien dengan pasti. (3) Diskusikan bersama pasien tentang penyakitnya. R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien cepat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup. (4) Tinjau ulang program pengobatan. R/ pemahaman tentang semua aspek penggunaan obat meningkatkan penggunaan yang tepat. 8) Ketidakpatuhan pada diet rendah kalori yang berhubungan dengan ketidak sesuaian penyiapan makanan khusus dan kurangnya dukungan keluarga. (1) Tentukan alasan tingkah laku yang mengganggu pengobatan. R/: Berbagai faktor mungkinterlibat dalam tingkah laku yang menggunggu rejimen pengobatan. (2) Bantu pasien dan keluarga memahami kebutuhan untuk mengikuti penanganan sesuai program dan konsekuensi akibat ketidakpatuhan. R/: Memberikan kesempatan untuk menjelaskan sudut pandang / kedalam konsep. Memastikan bahwa pasien/orang terdekat memiliki informasi yang akurat/aktual untuk membuat pilihan-pilihan. (3) Berikan instruksi tertulis tentang manfaat dan lokasi aktivitas pelayanan kesehatan sesuai dengan keperluan. R/: memudahkan pasien untuk melaksanakan diet dan mengarahkan pasien kemana harusnya bertanya bila mengalami kesulitan dalam menjalankan diet, (4) Konsultasikan dengan tim kesehatan lain tentang perubahan yang mungkin dalam program pengobatan untuk mendukung kepatuhan pasien. R/: pasien yang setuju akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan akan lebih mampu bekerja sama. DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medlkal - Bedah Ed. 8. Jakarta: EGC. Carpenito & Moyet (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC. Doenges, dkk., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. Lanywati, Endang (2007). Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yokyakarta: kanisius. Price & Wilson (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tjokronegoro, Aijatmo (1996). Buku Ajar Urnu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nic Noc Jakarta: EGC.

sumber : http://askepmedia.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html

0 komentar:

Posting Komentar